Selasa, 21 April 2009

Ta’aruf Pranikah Didalam Al Quran

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah Azza Wajalla, atas segala nikmat yang telah dikaruniakannya kepada kita, nikmat Islam, nikmat sehat, nikmat teman-teman yang baik, dan lain sebagainya. Sholawat dan salam tercurah kepada tauladan kita, manusia terbaik sepanjang masa, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, kepada keluarga beliau, para sahabat beliau radhialllahu ‘anhum, serta umatnya dahulu, kini, dan nanti yang berusaha untuk tetap istiqomah dalam menjalankan syariat agamanya.

Lazim kita dengar saat ini, entah lingkungan disekitar kita, atau dari infotainment, seseorang yang sedang dekat dengan lawan jenis layaknya mereka yang sedang berpacaran dibahasakan dengan “ta’aruf”. “Kita ga pacaran ya say, hanya ta’aruf” atau “Kita ingin proses ini baik..makanya kita ngga pacaran, tapi ta’aruf” dll. Kalimat-kalimat mereka benar, tetapi tidak sesuai dengan kenyataannya. Istilah “ta’aruf” yang mereka maksud gejalanya sama dengan mereka yang berpacaran :) . Mungkin juga karena mereka belum paham, ta’aruf seperti apa yang dimaksudkan oleh agama, tetapi boleh jadi juga karena salah memilih informasi/ pengetahuan tentang ta’aruf, sehingga informasi yang mereka dapat adalah informasi ta’aruf yang sesungguhnya telah terdistorsi. Mereka beranggapan ta’aruf tidak ada bedanya dengan pacaran, bagi mereka ta’aruf ya pacaran..pacaran ya ta’aruf, hanya beda istilah. Padahal pada kenyataannya, Pacaran dan Ta’aruf adalah dua hal yang sangat berbeda. Pacaran mewakili sebuah fenomena, sedangkan Ta’aruf adalah anjuran Qurani (ada didalam Al Quran dan Sunnah). Apakah sesungguhnya yang dimaksudkan dengan Ta’aruf(perkenalan yang syar’i) itu ?. Allah SWT berfirman : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.Al-Hujuraat: 13). Adalah fakta bahwa Allah SWT-lah yang telah menciptakan kita dengan beragam warna kulit, beragam bahasa, menjadikannya bersuku-suku, melebihkan daerah yang satu dari daerah yang lain, sehingga menjadi sunnatullah untuk masing-masing kita saling berkenalan. Ada banyak faktor kenapa orang harus berkenalan, mungkin ingin menambah teman, mempelajari budaya orang lain, bisnis, perdagangan, jodoh, dsbnya, selama perkenalan itu dimaksudkan untuk tujuan-tujuan dan cara-cara yang baik, maka perkenalan itu akan mendatangkan keberkahan Allah SWT. Tetapi yang paling penting yang hendak disampaikan oleh ayat ini adalah Allah SWT hendak mengingatkan kita agar selalu memiliki semangat taqwa ketika akan berkenalan dengan orang lain. Artinya, ta’aruf/ perkenalan apapun yang kita lakukan, akan terkait dengan anjuran dan batasan yang dimaksudkan oleh ayat diatas. Termasuk perkenalan yang kita lakukan untuk tujuan pernikahan/ ta’aruf pranikah.

Seringkali kita menemukan orang yang begitu mudahnya bertemu dengan pasangan mereka, melalui sebuah proses perkenalan yang bisa dibilang sangat singkat, tetapi pernikahan mereka penuh cinta, keberkahan, kasih sayang, dikaruniai anak-anak yang sholeh/ah dsbnya. Disisi yang lain kita melihat orang yang begitu sulit menemukan pasangannya, kemudian melakukan proses “perkenalan” yang sarat dengan perkara-perkara yang mendekati zina, setelah menikah pun, ternyata pernikahan mereka ternyata tidaklah bertahan lama, kalaupun bertahan, masing-masing anggota keluarganya merasa kering, tidak ada kasih sayang, tidak ada cinta, tidak ada tujuan-tujuan yang besar yang ingin dibangun dari sebuah keluarga muslim. Apa yang menjadi perbedaan kondisi pertama dan kondisi kedua?. Padahal permasalahan yang dihadapi oleh kondisi pertama dan kondisi kedua boleh jadi sama, tetapi pribadi2 pada kondisi pertama dapat menyelesaikan setiap persoalan itu dengan baik karena dilandasi oleh semangat taqwa, sama halnya ketika mereka memulai perkenalan itu. Sedangkan pada kondisi kedua, ketika muncul masalah, kecenderungan untuk menyalahkan pasangan begitu besar, karena memang selama ini, semua bentuk perhatian dan kasih sayang yang ditunjukkan selama masa perkenalan hanyalah kamuflase agar “cintanya” diterima. Masa-masa perkenalan yang pada awalnya bertujuan agar dapat mengenali karakter sang calon, berubah menjadi ajang “sharing” romantisme. Betapa banyak mereka yang pada awalnya memiliki niat untuk perkenalan yang baik, tetapi tidak/ kurang memiliki ilmu akan hal itu akhirnya jatuh kepada perkara yang bertentangan dengan agama.

Perkenalan-perkenalan untuk tujuan yang lebih spesifik seperti pernikahan, haruslah dengan sebuah pemahaman yang benar akan pernikahan itu sendiri, jika tidak ingin mengalami kesulitan. Seperti..Apa yang menjadi ukuran kesiapan kita untuk menikah? Kriteria apa yang termasuk kriteria yang dekat dengan perkara agama? Apa yang menjadi batasan-batasan dalam mengusahakan perkenalan yang syar’i? Apa yang sudah kita pahami tenang “pre and after” pernikahan? Apakah lingkungan kita, sahabat-sahabat kita sehari-hari dekat dengan nilai-nilai agama? jangan-jangan setelah kita “hitung-hitung” ternyata orang-orang yang ada dilingkungan kita selama ini kurang dekat dengan perkara-perkara agama. Sahabat-sahabat yang kita miliki lebih banyak yang mendiamkan kesalahan kita daripada meluruskan kesalahan kita. Atau sahabat-sahabat yang kita miliki lebih banyak mengajak kita kepada perkara-perkara yang “meragukan” serta dekat dengan maksiat daripada yang jelas dan bernilai ibadah. Atau sahabat-sahabat yang kita miliki lebih banyak yang kurang mengenal adab pergaulan didalam Islam, dll..ketidakpahaman kita dan lingkungan yang kurang baik dapat menjadi sebab bagi kita “kesulitan” untuk bertemu/ dipertemukan dengan calon yang baik. Al Imam Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat 13 dari surat Al Hujurat diatas : “….Ayat mulia dan hadits2 syarif (*) ini telah dijadikan dalil oleh beberapa ulama yang berpendapat bahwa kafaah (sederajat) didalam masalah nikah itu tidak dijadikan syarat(sederajat-dalam hal kecantikan/kegantengan, keturunan, harta/kekayaan-ed), dan tidak ada yang dipersyaratkan kecuali agama. Hal itu didasarkan pada firman Allah Ta’ala “..Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”. Sedangkan ulama lainnya mengambil dalil-dalil lain yang terdapat dalam buku-buku fiqih. Dan kami telah menyebutkannya sekilas mengenai hal itu dalam kitab Al Ahkam. Segala puji dan sanjungan hanya bagi Allah semata.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS Al Hujurat:13 Juz 26).

(*)Diantara Hadits2 Syarif (mulia) tersebut : 1. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda :”Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa kalian dan harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal perbuatan kalian” (HR Muslim, diriwaytkan juga oleh Ibnu Majah) 2. Dari Abdullah bin Amirah, suami Darrah binti Lahab, dari Darrah binti Lahab radhiallahu’anha, ia berkata :”Ada seorang laki2 yang berdiri menemui nabi SAW yang ketika itu beliau tengah berada diatas mimbar, lalu ia berkata :’ya Rasulullah, siapakah orang yang paling baik itu?’ Rasulullah SAW menjawab ‘Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik bacaan (Al Quran)nya, paling bertaqwa kepada Allah SWT, paling gigih menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, dan paling giat menyambung tali silaturahim’. (HR Ahmad) Didalam ayat yang lain, Allah SWT berjanji dalam firmanNya “Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk yang keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji, sedangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yang baik….” (QS.24:26). Jadi, sebagai seorang muslim/ah yang benar, seharusnya kita tidak perlu khawatir akan mendapatkan pendamping yang tak sekufu agamanya karena semuanya kembali kepada diri kita sendiri.Yang kesemuanya akan bermuara kepada betapa besar kadar keimanan dan keikhlasan kita kepada Allah SWT.

Terkait dengan memilih teman, Rasulullah SAW bersabda : “Seseorang akan mengikuti agama teman akrabnya, oleh sebab itu, hendaklah kalian memperhatikan siapa teman akrab kalian.” (H.R. Abu Daud). Memfilter teman karena agamanya hanya dapat kita lakukan, jika kita sendiri telah mengetahui batasan-batasan agama mengenai hal itu. Jadi perbanyaklah mengaji, belajar agama dari para ahlinya, agar semakin kenal kita dengan Islam, agar muncul kecintaan kita kepada Islam, agar selalu terjaga diri kita dari dosa-dosa kecil, dsbnya. Yang jika dengan dosa-dosa kecil saja, kita berhati-hati, apalagi dengan dosa-dosa yang jelas-jelas keji semacam zina. InsyaAllah akan mendekatlah orang-orang, sahabat-sahabat, yang juga berusaha untuk menjauhkan diri mereka dari dosa-dosa keji itu, terutama secara khusus terkait dengan usaha kita menjemput jodoh yang sudah dijanjikan Allah SWT, yakni laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik, begitu juga sebaliknya. Wallahu’alam. wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

Kamis, 16 April 2009

Menghias Hati dengan Menangis

Tausyiah

Oleh: Muhammad Nuh


“Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Indahnya hidup dengan celupan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan balasan dan siksa Allah swt.

Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain

Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.

Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An’am ayat 164. “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”

Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi.

Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan.

Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung

Di antara keindahan iman adalah anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah, seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain.

Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan. Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yang menjadi kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di hadapan Allah swt.

Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17, “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.”

Menyadari bahwa surga tak akan termasuki hanya dengan amal yang sedikit

Mungkin, pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt. akan memasukkan kita kedalam surga. Pikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. “Pasti, pasti saya akan masuk surga,” begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih dari cukup.

Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahwa, para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman kalau mereka pasti masuk surga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order baru yang diperintahkan Rasulullah.

Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan. Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal sepele: nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih surga.

Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah Albaqarah ayat 214. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih

Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: surga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia.

“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. 80: 34-37)

Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selamanya.

Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw. pernah menggambarkan sebuah contoh siksa yang paling ringan. “Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah. Atau jangan-jangan, hati kita sudah teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan Allah yang teramat jelas di hadapan kita. Imam Ghazali pernah memberi nasihat, jika seorang hamba Allah tidak lagi mudah menangis karena takut dengan kekuasaan Allah, justru menangislah karena ketidakmampuan itu.

sayap sayap patah

Wahai Langit

Tanyakan pada-Nya

Mengapa dia menciptakan sekeping hati ini..

Begitu rapuh dan mudah terluka..

Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta

Begitu kuat dan kokoh

Saat berselimut cinta dan asa..

Mengapa dia menciptakan rasa sayang dan rindu

Didalam hati ini..

Mengisi kekosongan di dalamnya

Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih

Menimbulkan segudang tanya

Menghimpun berjuta asa

Memberikan semangat..

juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira

Mengapa dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa

Menghimpit bayangan

Menyesakkan dada..

Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa…

Wahai ilalang…

Pernah kan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini

Mengapa kau hanya diam

Katakan padaku

Sebuah kata yang bisa meredam gejolak hati ini..

Sesuatu yang dibutuhkan raga ini..

Sebagai pengobat tuk rasa sakit yang tak terkendali

Desiran angin membuat berisik dirimu

Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku

Aku tak tahu apa maksudmu

Hanya menduga..

Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana

Menunggumu dengan setia..

Menghargai apa arti cinta…

Hati yang terjatuh dan terluka

Merobek malam menoreh seribu duka

Kukepakkan sayap-sayap patahku

Mengikuti hembusan angin yang berlalu

Menancapkan rindu….

Disudut hati yang beku…

Dia retak, hancur bagai serpihan cermin

Berserakan ….

Sebelum hilang di terpa angin…

Sambil terduduk lemah….

Ku coba kembali mengais sisa hati

Bercampur baur dengan debu

Ingin ku rengkuh…

Ku gapai kepingan di sudut hati…

Hanya bayangan yang ku dapat….

Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya

Tak sanggup ku kepakkan kembali sayap ini

Ia telah patah..

Tertusuk duri-duri yang tajam….

Hanya bisa meratap….

Meringis..

Mencoba menggapai sebuah pegangan..

Jumat, 03 April 2009

Pileh Raja

Leungoe oen kaye

Ka meuteupuk cicem

Neu seunyoem, neu khem

Ka meutuwoe makna

Bak gob meupake

Bek gata pawang

Bak gob meuprang bek

Sang-sang gata panglima

Meuriri urat ta ikat keubenteng

Meuriri ureung jeut taboh keu raja

Bak kaye mate bek ta ikat benteung

Bak aneuk bajeng bek ta yue duek raja

Beuk reu pageu geubeu lam pade

Beuk rap jantong peureleuh hate

Jeut leumik tanoh keube keumubang

Leumik gop prang, gob mat kuasa

Bak keurepoh bek ta peuleuh musang

Lam raga pisang beuk ta peuleuh tupe

Seumike beujroeh bansa lon sayang

Bek lee bak buebrang yue duek keu ule

Meuririe urat jeut ta ikat keu beunteung

Meuririe ureung jeut taboh keu raja

Bak kaye mate bek ta ikat beunteng

Bak aneuk bajeung bek ta yue duek raja

Meunye hana parang bek ta ceumeucah

Meunye han meuphom bek ta seumegah

Bek ta juerut nyan buloh beukah

Teusie jaroe adoe die teubit darah

Meunye na hai adoe ta peubloe panjoe

Keu peu lom ta bloe gapeuh Jakarta

Meunye geutanyoe na peumimpin droe

Keupeu teuh musang laen yang goek-goek dada

Peuminah jeuoah nyan beu beuk dua jab

Meunye seurejat nyan na dua muka

Keunoe jie peutoe, keudeh jie peutoe

Jaroeng jih teuthat bak cara mita laba.

By : imum jun.

Pelajar atjeh

Hai pemuda atjeh, bangkitlah…

Pemuda atjeh, kita semua kuat…

Pemuda atjeh, kita bisa…

Hai pemuda atjeh, kita mampu…

Pemuda adalah sebuah bagian dari kehidupan yang pada dirinya ada kebaikan yang dengan kebaikan itu dapat selalu memberikan manfaat dalam kehidupan. Pemuda adalah tonggak yang diharapkan dapat berdiri sendiri dan menjadi tempat berdirinya bansa dan nanggroe ini. dimana pemuda mestilah menyadarinya, bahwa perjuangan akan selalu lahir dan berkiprah di hati dan raga. Kekuatan bukan meruapakan mistik yang terdapat didalam buku cerita, kekuatan sesungguhnya dapat melahirkan kemampuan dan kepercayaan diri.

Pelajar sebagai bagian pemuda atjeh telah menjadi harapan masa depan bansa, yang akan memeperjuangkan masyarakat dan kemenangan keadilan dalam kehidupan. Pelajar sebagai bagian dari alat pendidikan yang memiliki fungsi utama. Rajin belajar adalah tugas dan tanggung jawab pemuda yang khususnya dalah pelajar yang belajar.

Belajar dengan tekun akan menjadikan pelajar atjeh bangga akan diri dan bansa kita. Selain sebuah kewajiban belajar dan juga menjadi harapan, pemuda juga adalah diri pribadi yang akan membawa bansa menjadi besar dan jaya.

Dengarlah…pelajar atjeh…

Lihatlah sekelilingmu, mereka telah datang dari penjuru dunia seperti tamu, namun telah menjadi tuan rumah dirumah kita sendiri, jangan pernah biarkan matamu terpejam walau sedetik pun. Dengan peringatan itu telah berusaha merawat dan menjaga seorang penduduk Atjeh khususnya. Ingatlah pelajar, bangun dan berjalanlah terus kedepan, selesaikan dan gapailah hak kita dengan kemenangan yang etis serta bawalah bansa dan nanggroe kea rah yang lebih baik.

Perangi setiap keburukan, penindasan, hindari setiap kesalahan dan jauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik untuk kita dan untuk semua. Jadilah diri dan pribadi pelajar baik hingga pelajar atjeh adalah pelajar yang membangun diri, bansa dan naggroe atjeh Darussalam tercinta dengan intelektual, iman, islam, dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Write by : mahasiswi naggroe

Cerpen

By : women for everyone

20 rabiul awal 1429

Ketika hati mencintai Allah

Malam ini aku dan yasmin berjalan di pingggiran kota, aku berniat hanya ingin mencari angin saja, namun yasmin berkata padaku.

“ apa kau ingin ikut dengan ku nisa?”

“ kemana? Kita kan hanya ingin cari angin saja”

“ ada deh…! Aku jamin kamu pasti suka tempatnya.”

“baiklah, tapi jangan lama-lama ya?”

Lalu yasmin membawaku kesebuah tempat, tempat yang tidak pernah aku lihat sebelumnya, aku bertanya pada yasmin.

“astaghfirullah…! Tempat apa ini yasmin!? Aku tak ingin kesini!”

“udah deh…! Ikut aja…, jangan sik alim kamu nisa!”

“tapi yasmin! Aku tak ingin ketempat seperti ini!”

Yasmin terus menarik-narik tanganku dengan paksa, aku melawan padanya karena aku tak ingin ikut bersamanya ketempat itu, tempat terkutuk! Tempat yang penuh dengan maksiat! Dan dimana kemaksiatan telah bercampur baur di dalamnya, dan yang lebih mengejutkan batinku adalah bahwa sebenarnya yasmin, wanita malam yang selalu di booking setiap pria yang tak jelas asal usulnya. Aku mengetahui semua itu setelah dia membawaku ketempat terkutuk itu.

Aku tak pernah menyangka bahwa yasmin adalah seorang wanita pennghibur, wanita malam yang tidak memiliki arah hidup sama sekali. Begitu rupawan seorang yasmin yang tertutup oleh kepolosan sikapnya. Sungguh hal yang mengejutkan bagiku, tak pernah hati ini menyangka bahwa dia adalah wanita yang terbuang dengan seggala kecintaan dunia yang mengambangkan ke pintu neraka. Sammpai ketempat itu, baatinku beggitu tersentak dengan perbuatan-perbuatan manusia yang tidak pernah bernaung pada kuasa ALLAH, manusia-manusia sombong seakan mereka yang menciptakan diri dan kehidupan mereka.

Satu persatu pria menghampiri yasmin dengan bermacam-macam rayuan dan gombalan, yasmin pun selalu bergegas ketika para lelaki yang tak bermartabat datang padanya. Hatiku begitu hancur melihat teman sendiri terjerumus ke lembah kenistaan yang berkepanjangan.

Pada malam itu, aku dan yasmin berada di tempat terktuk itu, namun dari kejauhan sana ada seorang lelaki yang memandang yasmin dengan penuh gairah nafsu setan. Yasmin pun bergegas datang memenuhi panggilan lelaki setan itu, dengan sekuat tenaga aku melarang yasmin, namun yasmin menolakku hingga aku terjatuh, dan dia meninggalkanku sembari berlalu dengan lelaki itu. Dengan hati yang takut beribu istighfar kuucapkan, bergegas aku lari keluar dari tempat terkutuk itu tanpa pikir panjang, dengai derai air mata aku dan hati yang hanncur aku berlari menuju rumah. Dengan nafas yang terisak-isak aku sampai dirumah. kami adalah mahasiswa yang sedang menuntut ilmu, namun kami tinggal dirumah kos yang kira-kira 20 km jaraknya dari sebuah diskotik, dan ternyata yasmin sering ke diskotik itu tanpa sepengetahuanku, padahal seorang wanita yang alim dan polos, tapi keliman dan kepolosannya telah membohongiku.

Aku begitu khawatir pada yasmin, takut terjadi sesuatu padanya, hatiku tak tenang, semalaman aku tak bisa tidur karena memikirkan yasmin. Jam sudah menunjukan pukul 02;00 malam, yasmin masih juga belum pulang, kali ini aku benar-benar khawatir dibuatnya. aku bangun dari duduk dan mengambil widhu’ lalu sholat malam,dalam sujud dan do’a, aku terisak-isak menangis memohon kepada ALLAH, agar ALLAH menyadarkan yasmin dengan kebijaksanaan_Nya.

Jam 04:45 pagi, ku dengar ada yang mengetuk-ngetuk pintu, dengan mukenah yang masih lengket di diriku, kku bukakan pintu, dan ternyata yasmin, tubuhnya lemah, wajahnya pucat tak karuan, lalu ku gotong dia sampai ketempat tidurnya, menangis hati ini saat menggotongnya. Aku berkata padanya.

“ yasmin ku mohon padamu..,mengapa kau lakukan ini semua? Sejak kapan kau lakukan perbuatan terkutuk ini? yasmin…dengarkan aku…,kita di kota ini untuk kuliah, belajar, bukan bermaksiat…,sayangilah orang tuamu yang setiap bulannya mengirimkan uang kepadamu dengan jerih payah mereka, mereka mencakul sawah demi menghasilkan uang yang akan di berikan kepadamu, coba kau bayangkan, bagaimana hancurnya hati orang tuamu bila melihat kau seperti ini? berapa hati yang akan hanncur,,,? Ku mohon yasmin...,,jangan biarkan air mata ibu jatuh…”

“Hei nisa! Kau tau apa tentang masalahku hah! Sudah! Sana kau! Aku ingin istirahat!” kata yasmin seperti orang sempoyongan.

“Aku ini temanmu, sahabatmu, satu atap tinggal denganmu, kau bisa menceritakan masalahmu padaku, mengapa kau begitu cepat mengambil jalan pintas yang hitam seperti ini?”

“sudah sana! Pergi kau! Berisik…!” kata yasmin dengan nada marah. Dan aku langsung keluar dari kamarnya.

Pagi itu aku sempat memberikannya nasehat, namun dia tidak begitu peduli dan merespon nasehatku, bahkan dia mengacuhkannya. Sangat teriris saat yasmin seperti ini. aku hanya bisa berdo’a pada Allah agar yasmin bisa berubah menjadi wanita baik-baik.

Pukul 14:30 yasmin bangun dari tidurnny. Dia banyak bercerita padaku tentang semua yang dilakukannya semalam dengan pria hidung belang itu. Aku yang mendengar seakan tersambar petir terkejutnya, ia bercerita seolah tak merasa malu padaku, ntah apa yang menyelimuti hatinya dari rasa malu.

Dua hari setelah kejadian itu, yasmin merasa ada yang aneh pada tubuhnya, dia terus saja mengeluh padakubahwa ada rasa sakit yang mendera pada tubuhnya. Mendengar keluhannya aku khawatir akan terjadi sesuatu padanya, berkali-kali aku mengajaknya ke dokter tetapi selalu ia tolak dengan alasan “aku takut kedokter nisa” itulah yang selalu dikatakannya padaku. Namun seminggu kemudian dia tergeletak di tempat tidur tak berdaya, wajahnya begitu puccat, tubuhnya dingin seperti es saat aku memeriksanya, aku begitu ketakutan dengan keadaan yasmin, dengan segera aku mengajaknya kerumah sakit, aku tak peduli ia menolah atau tidak yang jelas aku terus menggotongnya kerumah sakit.

Sampai di rumah sakit, yasmin di periksa oleh dokter, aku yang menunggu di luar harap-harap cemas dengan hasil pemeriksaannya, setelah pemeriksaan, kini kami menunggu hasil LAB yang akan diberikan 30 menit kemudian. Setelah 30 menit, dokter memanggil yasmin untuk mesuk keruangannya. Dokter agak ragu mengatakan hasil LAB pada yasmin, aku begitu cemas.

“bagaimana hasil LAB saya dok???” yasmin bertanya dengan hati yang cemas.

“saya harap pada ibu agar bersabar dan tawakkal.” Dokter menjawab dengan penuh prihatin.

“saya kenapa dok???” yasmin begitu penasaran dengan hasil LABnya.

“ini bu, hasil LABnya.” Dokter menyerahkan sebuah amplop yang berisikan hasil LAB didalamnya.

Yasmin membuka amplop dengan berlahan, ia membaca hasil LAB yang ada, ia begitu shok setelah membacanya, seperti ada palu godam yang jatuh di kepalanya, dengan deraian air mata ia memelukku, tangisannya begitu histeris, aku yang tak tahu apa-apa tentang hasil LAB itu juga ikut menangis dan heran melihat keadaan yasmin seperti ini. aku khawatir padanya.

“ada apa ini? yasmin! Yasmin! Tolong jawab aku…! Ada apa ini sebenarnya? Mengapa kau menangis? Tolong beritahu aku…!” Tanyaku dengan keheranan.

“nisa…hiks..hiks..! mengapa ini terjadi padaku? Aku tak percaya ini nisa…!” dia menangis memanggilku.

“iya…tenanglah dulu yasmin…coba kau jelaskanada apa sebenarnya…?” Tanyaku sambil menenangkannya.

“a…a…a..ku…terkena AIDS, nisa…aku tertular HIV…hiks..hiks..!” dengan berat hati dia menceritakan hasil LABnya.

“hah!!! AIDS…! Astaghfirullah…! Ya Allah yasmin…! Mengapa ini semua terjadi???” aku yang mendengar pernyataan yasmin seperti tersambar petir terkejutnya.

“bagaimana ini nisa? Apa yang harus aku lakukan??? Aku bingung…,apa yang harus kukatakan pada ayah dan ibu nanti???” kata yasmin dengan kebingungan.

“yasmin…dengar aku…, setiap manusia pasti akan melakukan kesalahan…, bahkan dari kesalahan itulah bisa membuat kita belajar dari sebuah kesalah, dan membuat kita lebih mengenal Allah dari kesalahan yang kita lakukan, Allah maha pengampun, pengasih, penyayang dah maha dari segala maha di langit dan dibumi. Bertaubatlah yasmin, cintai Allah, sayangi Allah, yakinkan pada hatimu bahwa Allah itu maha pemberi segalanya, dunia hanya tempat singgahan kita sementara, tapi di akhirat nantilah kita akan hidup kekal selamanya, cintailah kembali Allah, jika kita adalah manusia yang dicintai oleh Allah maka kita akan menuai keindahan syurga di kehidupan yang kekal.” Aku menjelaskan pada yasmin dengan isak tangis.

“nisa…aku begitu menyesal, seandainya saja aku tak melakukan perbuatan terktuk ini, mungkin semua tak akan begini jadinya, apa Allah mau memaafkan aku? Sedangkan aku begitu kotor dan hina, aku malu bersujud dihadapan Allah.” Jelas yasmin dengan penyesalan yang mendalam.

“yasmin, tak ada yang harus disesalkan.., karena semua itu pelajaran untukmu, jika kau ingin.., kau bisa memperbaikinya sekarang, dan bersyukurlah karena Allah telah memberikan hidayah_Nya padamu.” Jelasku lagi

“nisa…hiks…hiks…! Terimakasih kau telah menasehatiku? Aku benar-benar menyesal..” kata yasmin padaku sambil sesengukan.

“bertaubatlah yasmin…, Allah maha pengampun, maha penyayang lagi maha pengasih.” Jawabku tersenyum.

Seminggu berlalu, yasmin terus memperbaiki diri, dia kembali ke jalan yang benar, dia berusaha melalui rezeki yang halal, itulah yasmin, wanita yang berjuang demi hidup meskipun tak begitu sempurna menjadi hamba Allah, namun ketika hati mencintai Allah, disaat itu pula lahir benih-benih keimanan dan ketaqwaan yang dulunya telah hitam dengan hasutan setan yang terkutuk.

By : seulanga atjeh.

Sabtu, 28 Maret 2009

Rumus Kecantikan Wanita

Kategori Obrolan Muslimah by JO admin

Tidak cantik = Minder dan jarang disukai orang.
Cantik = Percaya diri, terkenal dan banyak yang suka.
AH MASA SIH??

Itulah sekelumit rumus yang ada dalam fikiran wanita atau bisa juga akhwat. Sebuah rumus simple namun amat berbahaya. Darimanakah asal muasal rumus ini? Bisa jadi dari media ataupun oleh opini masyarakat yang juga telah teracuni oleh media- baik cetak maupun elektronik- bahwa kecantikan hanya sebatas kulit luar saja. Semua warga Indonesia seolah satu kata bahwa yang cantik adalah yang berkulit putih, tinggi semampai, hidung mancung, bibir merah, mata jeli, langsing, dll. Akibatnya banyak kaum hawa yang ingin memiliki image cantik seperti yang digambarkan khalayak ramai, mereka tergoda untuk membeli kosmetika yang dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka dan mulai melalaikan koridor syari’at yang telah mengatur batasan-batasan untuk tampil cantik. Ada yang harap-harap cemas mengoleskan pemutih kulit, pelurus rambut, mencukur alis, mengeriting bulu mata, mengecat rambut sampai pada usaha memancungkan hidung melalui serangkaian treatment silikon, dll. Singkat kata, mereka ingin tampil secantik model sampul, bintang iklan ataupun teman pengajian yang qadarullah tampilannya memikat hati. Maka tidak heran setiap saya melewati toko kosmetik terbesar di kota saya, toko tersebut tak pernah sepi oleh riuh rendah kaum hawa yang memilah milih kosmetik dalam deretan etalase dan mematut di depan kaca sambil terus mendengarkan rayuan manis dari si mba SPG.
Kata cantik telah direduksi sedemikian rupa oleh media, sehingga banyak yang melalaikan hakikat cantik yang sesungguhnya. Mereka sibuk memoles kulit luar tanpa peduli pada hati mereka yang kian gersang. Tujuannya? Jelas, untuk menambah deretan fans dan agar kelak bisa lebih mudah mencari pasangan hidup, alangkah naifnya. Faktanya, banyak dari teman-teman pengajian saya yang sukses menikah bukanlah termasuk wanita yang cantik ataupun banyak kasus yang muncul di media massa bahwa si cantik ini dan itu perkawinannya kandas di tengah jalan. Jadi, tidak ada korelasi antara cantik dan kesuksesan hidup!.

Teman-teman saya yang sukses menikah walaupun tidak cantik-cantik amat tapi kepribadiannya amat menyenangkan, mereka tidak terlalu fokus pada rehab kulit luar tapi mereka lebih peduli pada recovery iman yang berkelanjutan sehingga tampak dalam sikap dan prinsip hidup mereka, kokoh tidak rapuh. Pun, jika ada teman yang berwajah elok mereka malah menutupinya dengan cadar supaya kecantikannya tidak menjadi fitnah bagi kaum adam dan hanya dipersembahkan untuk sang suami saja, SubhanAlloh. Satu kata yang terus bergema dalam hidup mereka yakni bersyukur pada apa-apa yang telah Alloh berikan tanpa menuntut lagi, ridho dengan bentuk tubuh dan lekuk wajah yang dianugerahkan Alloh karena inilah bentuk terbaik menurut-Nya, bukan menurut media ataupun pikiran dangkal kita. Kalau kita boleh memilih, punya wajah dan kepribadian yang cantik itu lebih enak tapi tidak semua orang dianugerahi hal semacam itu, itulah ke maha adilan Alloh, ada kelebihan dan kekurangan pada diri tiap orang. Dan satu hal yang pasti, semua orang bertingkah laku sesuai pemahaman mereka, jika kita rajin menuntut ilmu agama InsyaAlloh gerak-gerik kita sesuai dengan ilmu yang kita miliki. Demikian pula yang terjadi pada wanita-wanita yang terpaku pada kecantikan fisik semata, menurut asumsi saya, mereka merupakan korban-korban iklan dan kurang tekun menuntut ilmu agama, sehingga lahirlah wanita-wanita yang berpikiran dangkal, mudah tergoda dan menggoda. Mengutip salah satu hadist, Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda :

“Siapa yang Alloh kehendaki kebaikan baginya, Alloh akan pahamkan ia dalam agamanya”(Shahih, Muttafaqun ‘alaihi).

Hadist diatas dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Baz bahwa ia menunjukkan keutamaan ilmu. Jika Alloh menginginkan seorang hamba memperoleh kebaikan, Alloh akan memahamkan agama-Nya hingga ia dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang bathil, mana petunjuk mana kesesatan. Dengannya pula ia dapat mengenal Rabbnya dengan nama dan sifat-sifat-Nya serta tahu keagungan hak-Nya. Ia pun akan tahu akhir yang akan diperoleh para wali Alloh dan para musuh Alloh.

Syaikh Ibnu Baz lebih lanjut juga mengingatkan betapa urgennya menuntut ilmu syari’at:

“Adapun ilmu syar’i, haruslah dituntut oleh setiap orang (fardhu ‘ain), karena Alloh menciptakan jin dan manusia untuk beribadah dan bertaqwa kepada-Nya. Sementara tidak ada jalan untuk beribadah dan bertaqwa kecuali dengan ilmu syar’i, ilmu Al-Qur’an dan as Sunnah”.

Dus, sadari sejak semula bahwa Alloh menciptakan kita tidak dengan sia-sia. Kita dituntut untuk terus menerus beribadah kepadaNya. Ilmu agama yang harus kita gali adalah ilmu yang Ittibaurrasul (mencontoh Rasulullah) sesuai pemahaman generasi terbaik yang terdahulu (salafusshalih), itu adalah tugas pokok dan wajib. Jika kita berilmu niscaya kita akan mengetahui bahwa mencukur alis (an-namishah), tatto (al-wasyimah), mengikir gigi (al-mutafallijah) ataupun trend zaman sekarang seperti menyambung rambut asli dengan rambut palsu (al-washilah) adalah haram karena perbuatan-perbuatan tersebut termasuk merubah ciptaan Alloh. Aturan-aturan syari’at adalah seperangkat aturan yang lengkap dan universal, sehingga keinginan untuk mempercantik diri seyogyanya dengan tetap berpedoman pada kaidah-kaidah syara’ sehingga kecantikan kita tidak mendatangkan petaka dan dimurkai Alloh. Apalah gunanya cantik tapi hati tidak tentram atau cantik tapi dilaknat oleh Alloh dan rasul-Nya, toh kecantikan fisik tidak akan bertahan lama, ia semu saja. Ada yang lebih indah dihadapan Alloh, Rabb semesta alam, yaitu kecantikan hati yang nantinya akan berdampak pada mulianya akhlaq dan berbalaskan surga. Banyak-banyaklah introspeksi diri (muhasabah), kenali apa-apa yang masih kurang dan lekas dibenahi. Jangan ikuti langkah-langkah syaitan dengan melalaikan kita pada tugas utama karena memoles kulit luar bukanlah hal yang gratis, ia butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit. Bukankah menghambur-hamburkan uang (boros) adalah teman syaitan?. JADI, mari kita ubah sedikit demi sedikit mengenai paradigma kecantikan.


Faham Syari’at = CANTIK
Tidak Faham Syari’at = Tidak CANTIK sama sekali!
Bagaimana? setuju?.


Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wa sallam bersabda:
”Innallaha la yanzhuru ila ajsamikum wa la ila shuwarikum walakin yanzhuru ila qulubikum”
”Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati dan kalian” (HR. Muslim)

Mari kita simak syair indah dibawah ini:

Banyak lebah mendatangi bunga yang kurang harum
Karena banyaknya madu yang dimiliki bunga
Tidak sedikit lebah meninggalkan bunga yang harum karena sedikitnya madu

Banyak laki-laki tampan yang tertarik dan terpesona oleh wanita yang kurang cantik
Karena memiliki hati yang cantik
Dan tidak sedikit pula wanita cantik ditinggalkan laki-laki karena jelek hatinya

Karena kecantikan yang sejati bukanlah cantiknya wajah tapi apa yang ada didalam dada
Maka percantiklah hatimu agar dicintai dan dirindukan semua orang.

Wallahu ‘alam bisshowab (ummu Zahwa).
Maroji’:
297 Larangan Dalam Islam dan Fatwa-Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syaikh Ali Ahmad Abdul ‘Aal ath-Thahthawi.